BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu kota yang paliing tercemar didunia terletak
dilembah pantai tak jauh dari kota sao
paolo , brazil, bernama cubatao berpenduduk sebanyak 100.000 jiwa dan merupakan
kota industry yang memuntahkan ribuan
bahan cemar keudara yang aliran sirkulasinnya terhambat oleh dinding lembah sehingga
dijuluki sebagai “lembah kemmatian”.
Ketika berkunjung
kekota ini, udara terasa pengap dan mata
terasa pedih akibat udara yang
tercemar.dari sekitar 40.000 jiwa yang hidup ditengah kota sebanyak 13.000 jiwa meenderita infeksi saluran pernapasan. Tampak
terdapat hubungan langsung antara pencemaran udara dan gangguann kesehatan.
Udara yang kita
hirup untuk 99% terdiri atas gas nitrogen dan oksigen, selebihnya adalah gas,
bahan cairan dan bahan padat yang halus. Udara bumi ini terletak dalam troposfer setebal 17 Km
dari permukaan bumi dan memberikan udara
kehidupan pada manusia troposfer ini juga mampu menyerap bahan pencemar alami,
sehingga gas letusan gunung, atau bahan cemar buatan manusia
(antropogenik).
Bahan pencemar
udara dapat dibedakan antara yang primer, yakni adalah langsung masuk udara
akibat kejadian alami, seperti zat partikulat dari gunung yang meletus, dan
pencemaran akibat kegiatan manusia, dan yang
sekunder seperti sulfur acid yang terbentuk di udara akibat reaksi dari
kimia dengan bahan cemar primer dan komponen udara lainnya.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas maka telah ditentukan beberapa permasalahan yaitu :
1.
Bagaimana
dampak perubahan iklim,setelah mengalami global warming ?
2.
Apa saja yang
termasuk dalam emisi gas rumah kaca ?
3.
Apa kontribusi
Indonesia terhadap pencemaran udara didunia ?
4.
Apa saja sector kegiatan pengemisian gas rummah kaca ?
5.
Mengapa hujan
asam bias terjadi ?
C. Tujuan
Mahasiswa
diharapkan memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas mengenai pencemaran
udara dan dampak dari pencemaran tersebut .
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
Ketidakpastian masih banyak dijumpai dalam model prediktif yang ada
sekarang, antara lain mengenai respons alam terhadap kenaikan temperature bumi
sendiri, serta disagregasi perubahan iklim global ketingkat regional, dan
sebagainya. Namun demikian, pengaruh pemanasan global dalam setengah abad
mendatang diperkirakan akan meliputi:
1.
Kenaikan
permukaan laut
2.
Perubahan pola
angin
3.
Penumpukan es
dan salju di kutup.
4.
Meningkatkanya
badai atmosferik
5.
Bertambahnya
populasi dan jenis organism penyebab penyakit dan dampaknya terhadap kesehatan
masyarakat
6.
Perubahan pola
curah hujan dan siklus hidrologi
7.
Perubahan
ekosistem hutan, daratan, dan ekosistem alami lainnya.
Kesemuanya ini bukan mustahil akan mengarah pada meningkatnya
kepunahan berbagai spesies tumbuhan dan binatang, tetapijuga mungkin pada
perubahan dan peningkatan spesies yang bertahan hidup (strained spesies).
Beberapa pendugaan danpakyang sekarang dikembangkan oleh para ahli, umumnya
dikaitkan dengan salah satu dampak orde pertama kenaikan temperature, seperti
kenaikan muka air laut dan dampak orde berikutnye perubahan pola dan pergerakan
angin dan seterusnye. Analisis yang lebih kuantitatif dalam memperkirakan
dampak yang akan timbul masih sangat kurang dan bersifat sektoran tanpa mengkaitkan
akibat yang timbul dengan perubahan lain pada kenyataannya dalam ekosistem akan
saling mempengaruhi.
B. EMISI GAS RUMAH KACA
Sumber-sumber gas rumah kaca sangat beragam. Baik Negara maju dan
berkembang telah bertanggung jawab atas emisi GRK. Kegiatan manusia
(antropogenik) merupakan penyebab utama peningkatan GRK yang ada sekarang di troposfer bumi.
Penggunaan energy dan budi daya
pertanian sawah merupakan sumber utama antropogenik yang kecendrungannya
semakin meningkat.Karbondioksida yang merupakanunsur gas rumah kaca utama
teremisikan dari penggunaan bahan bakar, indusri-indusri, di samping perubahan
tata guna lahan melaluibpembukaan hutan secara besar-besaran.sejumlah besar gas
ini diemisikan sejak revolusi industri. Pemakaian bahan bakar fosil sejak 1980
hingga 1989 diperkirakan telah mengemisikan 51 milyarmetrik ton. Dalam empat
dasa warsa terakhir, dengan semakin meningkatnya penggunaan minyak bumi, CO2
yang diemisikan diperkirakan adalah sebanyak 130 milyar metrik ton. Di
antara 26 negara yang paling banyak mengemisikan CO2 ke atmosfer
akibat pemakaian bahan bakarnya dari tahun 1950hingga 1988 ialah Amerika
Serikat, Masyarakat Ekonomi Eropa (Barat) , Rusia, ina, dan Jepang.
Perubahan tata guna tanah, termasuk pembukaan hutan untuk kepentingan
pertanian, diperkirakantelah mengemisikan 60 milyar metrik ton CO2.
Dengan demikian karbondioksida yang diemisikan selama 1960 - 1987 diperkirakan
telah mencapai 241 milyar metrik ton ( Word
Resources). Pada tahun 1987 kegiatan manusia telah mengemisikan 8,5 milyar
metrik ton CO2 25 juta metrik ton methane dan lebih 770 ribu metrik
ton CFC-11 dan CFC-12. Ketiga gas ini adalah telah memberikan kontribusi
terhadap 86 % potensi pemanasan global yang disebabkan kegiatan antropogenik.
C. KONTRIBUSI INDONESIA DALAM EFEK GAS RUMAH KACA
Setiap Negara di dunia mempunyai tanggung
jawab dalam masalah kemungkinan pemanasan global, karena ternyata tidak saja
aktivitas indrustri maju, tetapi juga aktivitas pertanian, transformasi lahan
(penebangan dan pembukaan hutan) yang banyak berlangsung dinegara- Negara
berkembang adalah merupakan aktivitas yang di berikan emisi gas rumah kaca ke
atmosfer bumi. Tanggung jawab atas dampaknya dengan demikian harus di
pikul bersama, meskipun dengan beban dan bobot yang
berlainan sesuai kontribusi yang diberikan oleh tiap negara dalam pemanasan global.
Peningkatan
perkembangan ekonomi indonesia,seperti halnya dinegara-negara berkembang
lainnya,telah disertai dengan
pertumbuhan yang cepat dalam sektor-sektor energi , pertanian,
kehutanan, dan industri.produksi dan penggunaan energi berkemmbang dengan laju
yang tinggi dalam memenuhi perkembangan sektor lainnya.seperti diketahui,
karbondioksida dilepaskan terutama dari proses pembakaran minyak bumi dan bahan bakar fosil lainnya dalam
berbagai sektor pengguna, seperti industri,rumah tangga, transportasi, dan
pembangkitan tenaga listrik.kegiatan lain yang dianggap besar perannya dalam
pelepasan CO2 dan gas rumah kaca lainnya keudara adalah pembukaan
hutan ,pertanian, transportasi lahan,termasuk juga pertenakan.
D. SEKTOR KEGIATAN PENGEMISI GAS RUMAH KACA
Peningkatan produksi dan pemakaian energi dalam sepuluh tahun
terakhir memberikan kenaikan emisi gas CO2 yang besar. Pada tahun 1980, emisi
total CO2 dari kegiatan ini adalah 56,03 juta metric ton, yang selanjutnya meningkat menjadi 103,46 juta metric ton pada
tahun 1985, dan 144,09 juta metric ton pada tahun 1988.Kecendrungan peningkatan
emisi CO2 rata-rata pertahun dalam kurun waktu tersebut adalah
kurang lebih 19,65%. Pembakaran bahan bakar minyak bumi adalah sumber utama
emisi gas rumah kaca, diikuti kemudian oleh penggunaan biomassa dari kayu bakar
dan limbah pertanian, dan kemudian gas bumi. Bahan bakar batu bara hanya
memberikan pangsa yang kecil dalam emisi CO2 dan gas rumah kaca
lainnya, meskipun kecendrungan peningkatannya cukup besar setelah 1985 dengan
beroprasinya PLTU Surabaya.
Sektor bukan energy yang cukup besar perannya dalam mengemisikan
gas rumah kaca adalah persawahan,yang memperhitungkan di dalamnya besar (luas)
Indonesia. Menurut perkiraan USAID, tingkat emisi CO2 dari sector
energi di Amerika Serikat adalah 5.100 MMT/tahun, OECD Eropa dan Canada 2.900
MMT, dan OECD Pasific 1.100 MMT/tahun , sedangkan Indonesia adalah 81 MMT pada
tahun 1985. Gambaran ini jauh lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan
perkiraan yang diberikan oleh World Resources untuk tahun 1987. World Resources
memberikan angka emisi total untuk seluruh sector pengemisi hanya sebesar 1.020 MMT ekivalen CO2 untuk
Amerika Serikat, 667,8 MMT/tahun untuk OECD Eropa dan Canada, serta 295
MMT/tahun untuk OECD Pacifik. Indonesia yang menduduki peringkat kesembilan
diperkirakan World Resource mengemisikan 123 MMT ekivalen CO2 pada
tahun 1987. Terlihat disini perbedaan yang sangat besar dalam perkiraan emisi
GRK, yang secara umum memberikan perkiraan maksimum (tinggi) untuk
Negara-negara berkembang seperti Indonesia dan Brazil.
Perhitungan perkiraan dan pemberian peningkat Negara pengemisi GRK
masih banyak diperdebatkan hingga saat ini (USAID, 1990). Ketidakpastian masih
banyak terdapat dalam hal data baku emisi, karena terbatasnya program
pemantauan fisik dan kemampuan pengukuran, interpretasi yang berbeda atas data
satelit mengenai perubahan lahan, dan metodologi yang berbeda dalam perhitungan
mengenai proses-prose transformasi lahan dan hutan. Sektor yang terakhir ini,
melepaskan gas methane sebesar 29,17 juta metric ton pada tahun 1988. Sektor
perternakan hanya memberikan kontribusi yang kecil dibandingkan dengan sector
energy serta persawahan dan kehutanan. Demikian pula halnya dengan sektor
persampahan yang diperhitungkan berdasarkan perkiraan jumlah sampah padat
perkotaan dan pertanian. Jelas pula bahwa sektor non-energi merupakan sektor
yang paling penting dalam pelepasan gas methane yang kebanyakan berasal dari
hasil proses fermentasi anaerobik.
E. KONTRIBUSI GAS RUMAH KACA PER KAPITA
Dengan menggunakan
tahun 1988 sebagai dasar, kontribusi per kapita dalam emisi gas rumah kaca
adalah 1,15 ton per kapita/tahun., sedangkan intensitasnya terhadap pendapatan
domestic bruto adalah 2,2 kg per dollar amerika serikat. Emisi per kapita ini
masih sangat jauh lebih kecil dibandingkan Amerika Serikat atau Jepang, yang
masing-masing mempunyai besaran kontribusi emisi gas rumah kaca per kapita 4,2
dan 1,8 metrik ton perkapita (World
Resources, 1990). Namun bila dikaitkan dengan pendapatan nasional bruto,
Indonesia mengeluarkan lebih banyak emisi rumah kaca ke atmosfer untuk setiap
dollar dari pendapatan nasional brutonya dibandingkan dengan kedua negara
tersebut. Negara-negara maju umumnya akan melepaskan jumlah gas rumah kaca yang
lebih kecil persatuan keluaran ekonomi dibandingkan dengan Negara berkembang
seperti Indonesia, meskipun jumlah absolutyang dilepaskan jauh lebih besar.
Disini tercermin perlunya peningkatan efisiensi dalam pengelolaan energi dan
pertanian di Negara-negara berkembang.
F. DAMPAK PENTING PENGEMBANGAN DAN PEMAKAIAN ENERGI
Selain pengaruhnya
terhadap penambahan konsentrasi GRK yang dapat membawa efek pemanasan bumi,
pengembangan dan penggunaan energi di dunia akan membawa pula pengaruh terhadap
lingkungan dalam skala yang luas, baik regional maupun global.. Kegiatan
antropogenik yang diawali sejak revolusi industry pada abad ke 18 merupakan
kegiatan yang erat kaitannya dengan pelepasan pencemar udara. Pengaruh yang
telah timbul juga telah diamati sejak ratusan tahun yang lalu, mulai dari yang
berskala local maupun regional.
Skala ruang dan waktu
yang diperlihatkan oleh fenomena-fenomena pencemaran udara cenderung semakin
luas. Skalanya berkembang dari skala mikro, hannya di daerah sekitar sumbernya hingga skala yang global.
Pengaruh yang timbul kadang kala baru dapat diamati setelah waktu yang lama,
karena masih banyaknya hal dan fenomena fisik dan kinetika atmosferik yang
belum diketahui. Pencemaran udara, merupakan ilmu (multi-disiplin) yang
berusaha untuk mencari penyebab dan pengaruh yang dapat ditimbulkan pencemaran
udara dalam lingkungan, melalui suatu pendekatan yang berawal dari skala mikro,
dengan skala waktu yang pendek, sampai pada skala makro (global), dalam skala
waktu yang panjang. Sejajar dengan itu, dilakukan pula usaha dalam pengendalian
pencemaran udara, yang hanya dapat ditujukan kepada sumbernya, yang dalam hal
ini adalah aktivitas manusia.
G. HUJAN ASAM
Hujan asam telah
terjadi secara luas di daratan Amerika Utara dan Eropa Barat, adalah merupakan fenomena
pencemaran udara yang berskala spasial dan temporal lebih besar dari yang
terdahulu. Cakupannya adalah continental, dan masih mungkin akan menjadi
antar-kontinental. Penyebab utamanya adalah gas buang proses pembakaran bahan
bakar fosil di daerah perkotaan, baik yang bersumber dari PLTU maupun kendaraan
bermotor.
Fenomena ini sebenarnya
telah dapat diamati sejak abad ke-17 oleh Robert Boyle (1692), yang menyebutnya
sebagai nitrous or salinosulphureous
spirit dalam bukunya General History
of the Air, bersamaan dengan revolusi industry di Inggris.Pengamatan ini
kemudian diperkuat ileh Robert Angus Smith (1872), yang memperkenalkan istilah
Hujan Asam untuk pertama kalinya. Dia juga memperkirakan, bahwa fenomena ini
diakibatkan oleh pembakaran batu bara. Pengungkapan
dan penelitian dalam tahap modern ini, baru dilakukan pada tahun 1970-qn; yaitu
oleh OECD (1977), dan Pemerintah Amerika Serikat dan Canada (1978). Kedua badan
internasioal ini mengunkapkan bahwa fenomena hujan asamadalah suatu fenomena transport
pencemar udara jarak jauh(continental), dan keduanya masih menggunakan acuan
terhadap buku karangan Smith, hingga dikeluarkannya sebuah kritik, pada tahun
1981 oleh L.I.S. National Academy of
science.Seperti diketahui, batu bara akan menjadi sumber utama energi
primer di Indonesia dalam memenuhi peningkatan kebutuhan dalam dasawarsa dan
masa mendatang.Kebijakan pemerintah telah jelas menyatakan bahwa, batu bara
disertai dengan pengembangan PLTU perlu dilaksanakan dalam masa mendatang,
selain untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan energi,juga untuk menghemat pemakaian minyak bumi yang telah semakin
menipis cadangannya.pengaruh regional dan mungkin transboundary yang timbul
akibat pengembangan sektor ilmu ini akan menjadi dampak lingkungan yg penting
dimasa mendatang.
H. PENIPISAN LAPISAN OZON
Penipisan lapisan ozon stratosferik merupakan fenomena yang juga
global dengan skala temporal yang lebih panjang.penyebab uttamanya adalah unsur
yang stabilitasnya ssangat
tingg,yaitu unsur-unsur bahan
pendingin,yang kita kenal sebagai CFC’s.
Fenomena ini,baik
dalam hal skala maupun pengaruhnya.mempunyai hubungan yang erat dengan fenomena
rumah kaca,meskipun pengaruh biologis yang diramalkan akan lebih hebat.ozon
stratosferik merupakan salah satu unsur atmosferik yang mempunyai peran besar
dalam menentukan kehidupan dibiosfer.ozon troposferik,dilainn pihak merupakan
unsur pencemar yang dikeluarkan terutama akibat kegiatan antropogenik
dipermukaan bumi,dan atmosfer akibat pembakaran bahan bakar fosil.
Masalah penipisan
lapisan ozon distratosfer barru dapat diungkapkan secara lebih mendalam,pada
tahun-tahun 1980-an;dengan semakin aktifnya penelitian atmosferik dan
gejala-gejala bumi,terutama didaerah antartika(farman et al,1985) dan penerapan
teknologi satelit (nimbus,DLL-nya) (national research center,1982).
Ozon dalamm
lapisan troposfer merupakan pencemar yang besar dampaknya terhadap kehidupan
manusia(biologis) dan ekonomi,seperti yang telah diamati sejak terjadinya los angeles
smog.berbagai usaha telah dilakukan dalam upaya pengendalian pencemaran ozon
ini,misalnya dengan diberlakukannya (dengan terus diperbaiki dan
ditingkatkan),peraturan-peraturan mengenai emisi kendaraan bermotor terutama
diamerika serikat dan jepang pada awal 1970-an (baru menyusul
EEC,1988),meliputi kewajiban pemasangan penyaring/katalis pencemar pada pipa
gas buang maupun beberapa jenis
peraturan lalu lintas (misalnya pembatasan/penggiliran kendaraan dikota
aathena)
Dalam lapisan
troposfer (udara bersih tak tercemar) ini,konsentrasi rata-rata ozon,yang
sebenarnya bervarisasi dengan lintasan (lattitude),adalah berkisar antara 30
sampai dengan 50ppb.selama 20 tahun terakhir ini,konnsentrasi tersebut telah
naik dengan ozon laju10-20 ppb(Bojknov et al,1985,hartman,1985).kenaikan ozon
troposferik ini dapat langsung dikaitkan dengan aktifitas antropogenik
tadi(transportasi dengan bahan bakar fosil) jadi,ditroposfer kehidupan manusia
dan biologis lainnnya dibayangi-bayangi
oleh pencemaran dan peningkatan konsentrasi ozon.
Dalam hal yang
amat berlawannan,ozon merupakan unsur alami yang terbentuk sejak ribuan juta
tahun yang lalu,dan berstratifikasikan dilapisan stratosfer,lapisan yang kita
kenal sebagai lapisan ozon dengan konsentrasi rata-ratanya dalam ratusan juta
tahun terkahir ini berkisar antara 2 sampaii 10 ppm (maksimum pada ketinggian
30 Km)
Hal yang menjadi
isu aktual dewasa ini adalah penipisan lapisan ozon.kekuatirannya terletak pada
akan menurunnya fungsi lapisan tersebut sebagai pelindung (perisai) kehidupan
dibiosfer terhadap lolosnya gelombang sinar ulttra ungu.penyebab utamanya
adalah chloro fluoro carbons (CFC’s) gas yang umum kita gunakan sebagai
refrigeran.
Masih dalam
konteks yang sama,kekuatiran juga timbul,dengan semakin meningkatnya penggunaan
nya transport super sonik,dan bahkan rancangan transport hiper sonik ( ˃ 5 kali
kecepatan suara),yang diperkirakan akan mengurangi konsentrasi ozon stratosfer.
Penemuan yang
cukup baru (Nicloe,1975)sebenarnya telah menunjukan bahwa kekuatiran tersebut
sebenarnya kurang beralasan.emisi senyawa-senyawa nitrogen oleh alat transport
tersebut,sebenarnya akan dapoat menngurangi tetaapi juga dappatt menambah
konsentrasi ozon stratosferik,tergantung dari ketinggian terbangnya .bila
pesawat HST tersebut terbang dilapisan atas statosfer sampai dengan lapisan
stratosfer menengah,senyawa nitrogen yang diemisikan akan mengurangi ozon
tetapi bila dia terbang dilapisan bawah stratosfer atau ditroposfer
atas,konsentrasi ozon akan justru bertambah.
Inilah dilema yang
kita hadapi dalam masalah ozon atmosferik.dilapisan troposfer,ozon bertambah
dan semakin meningkat bahaya pencmaran dan dampaknya;dilain pihak,distratosfer
lapisan ozon kita perkirakan akan menipis akibat adanya deplesi oleh CFC’s,yang
diperkirakan akan membawa dampak,bahkan jauh lebih besar lagi,karena menyangkut
seluruh kehidupan biologis.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Perubahann
iklim akibat perubahan konsentrasi GRK
ditroposfer an penipisan lapisan ozon stratosfer merupakan suatu penemuan yang
baru diakui sejak 1970-an.
2.
Pendekatan dan
kesepakatan global sangat diperlukan dalam mengatasi masalah yang akan
timbul.usaha-usaha kearah itu trlah dirintis oleh sejak awal 80-an, yang melibatkan ahli-ahli terkemuka diseluruh dunia. Namun demikian, fakta ilmiah dan
teknologi saja tidak cukup mampu memecahkan masalah ini, karena didalamnya terkandung implikasi ekonomi dan
politik global.
3.
Negara-negara
maju dianggap sebagai penanggung jawab utama terjadinya pengaruh pemanasan bumi
dan perubahan iklim. Demikian pula dengan Negara-negara berkembang dituntut
tanggung jawabnya akibat penanganan dan eksploitasi hutan tropis yang di
perkirakan telah mengurangi ke mampuan alam dalam menyerap gas CO2.
4.
Tata ekonomi
dunia yang baru mungkin di perlukan dalam menjabarkan upaya-upaya pemecahan
yang operasional dan dapat di terima oleh semua Negara di dunia.
B.
Saran
1.
Diharapkan kepada para pembaca dapat
memberikan kritik dan masukan yang membangun.
2.
Diharapkan kepada para pembaca dapat
sadar akan lingkungan mereka sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Soedomo,
Moestikahadi.2001. Pencemaran udara.
Bandung: ITB
wiw mantap ni,,bisa jadi contoh .
ReplyDeletetq mas